Belajar Berbagi Bagi Anak Dua Tahun
Chitchat.my.id- How are you? I hope you are o.k! Hidup tidaklah mudah, apalagi ketika
anak sudah memasuki usia dua tahun. Sewaktu masih bayi, kita berharap dia cepat
besar. Rupanya, pertumbuhan anak juga membuat teman ngerumpi semakin harus
ekstra dalam memperhatikan dan mendidik anak. Selamat datang di jam
tayangan ngerumpi nyeleneh di blog ChitChat,
Ngerumpi yuk! Kali ini si biang rumpi mau ngerumpi mengenai Haruskah kita mengajarkan anak berbagi?
Beberapa waktu lalu, biang ngerumpi harus menyaksikan
drama dari anak biang ngerumpi sendiri di playground.
Dimana si kecil, tidak mau berbagi! Di usia dua tahun ini, si kecil sedang
dalam fase tidak ingin berbagi mainan. Apapun di playground di pegang si anak lain,
pasti si kecil akan menangis, dan tidak mengizinkan siapapun untuk memegangnya.
Duh, jadi malu kan biang ngerumpi dibuatnya. Apakah teman ngerumpi pernah
mengalami hal yang sama?
Cara
Mengajarkan Balita untuk Berbagi
Mungkin sudah
biasanya, teman ngerumpi melihat anak-anak tidak ingin berbagi. Ada yang
berteriak “punyaku,” bahkan ada yang saling berebut mainan sampai salah satu “menang”.
Bahkan ada yang ekstrim dengan saling memukul, menggigit, dan menangis, mungkin
juga kombinasi lainnya. Jujur, meskipun hal tersebut terlihat umum, namun tidak
bagus. Sebagai orang tua, teman ngerumpi harus sudah mencoba menanamkan berbagi
pada anak sejak usia dini. Apakah keterampilan sosial ini penting? Bagaimana teman
ngerumpi dapat membantu anak-anak belajar berbagi?
Pasti tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya memonopoli
semua mainan, ataupun berteriak ketika mainan dimainkan orang lain. Ingat
mengajarkan berbagi, bukan memperhatikan perasaan teman ngerumpi sebagai orang
tua yang merasa dihakimi oleh orang lain. Dikarenakan anaknya tidak ingin
berbagi.
Untuk balita,
belajar berbagi terjadi melalui bermain. “Bermain dianggap sebagai bahasa
universal masa kanak-kanak, mengingat anak-anak belajar, menjelajahi lingkungan
terdekat mereka dan pertama-tama mulai berkomunikasi melalui bermain. Nah
disinilah anak bisa diajarkan berbagi. Sebab, berbagi merupakan keterampilan
penting bagi anak-anak dengan cara mengajarkan mereka tentang keterampilan
bergiliran, negosiasi, kolaborasi, dan kerja sama, yang merupakan keterampilan
penting yang diperlukan untuk kesuksesan di kemudian hari.
Belajar berbagi
adalah sebuah proses. Bayi tidak dilahirkan dengan mengetahui cara berbagi, dan
balita tentu saja tidak menguasai keterampilan dalam semalam. Hal ini
dibutuhkan latihan. Sama halnya, ketika anak-anak pertama kali belajar
berjalan, mereka sering jatuh dan bangkit kembali dan mencoba lagi; itu hal
yang sama dengan berbagi. Mereka akan benar-benar mengacaukannya. Anak-anak akan
gagal, dan orang tua hanya perlu bersabar dengan anak mereka untuk bangkit
kembali dan mencoba dan mencoba lagi.
Ingat, teman ngerumpi harus garis bawahin, menanamkan nilai-nilai
kebaikan sejak dini sangat bermanfaat. Anak-anak
harus memahami konsep kesetaraan, yang merupakan konsep tingkat yang lebih tinggi.
Nah, sebagai orang tua, teman ngerumpi harus memahami apa artinya berbagi.
Sebelum
mengajari anak untuk berbagi, penting bagi teman ngerumpi sebagai orang tua
untuk memiliki pemahaman yang realistis tentang seperti apa berbagi di dunia
nyata. Coba pikirkan bawasanya orang
dewasa tidak benar-benar berbagi. Bayangkan jika seseorang berjalan ke arah teman
ngerumpi, mengambil ponsel teman ngerumpi, dan mulai menggunakannya. Apakah
teman ngerumpi bisa terima? Namun teman ngerumpi berharap balita dapat berbagi barang
berharga mereka, seperti mainannya. Jadi, teman ngerumpi pertama-tama harus
putuskan seperti apa tampilan yang teman ngerumpi ingin bagikan.
Ajarkan anak untuk bergantian. Konsep bergiliran ini lebih
disukai daripada berbagi, karena lebih akurat dan mencerminkan situasi dunia nyata.
Teman ngerumpi harapkan untuk mempersiapkan anak-anak, jadi membantu mengajari
anak-anak bergantian dibutuhkan komunikasi yang baik. Bahkan, teman ngerumpi
bisa menyetel pengatur waktu. Sehingga anak-anak bisa mengambil giliran mereka.
Dimana fase ini, mengajarkan anak-anak bawasanya mereka akan mendapatkan
kembali benda atau mainan berharganya.
Ketika anak menunggu, tidak ada salahnya teman
ngerumpi membantu mereka. Coba fokus untuk membuat mereka berbagi, dia berfokus
untuk membantu anak lain menunggu giliran. Orang tua dapat mengatakan sesuatu
seperti, “Kamu bisa mendapatkan giliran ketika teman kamu selesai melakukannya.
Mama akan membantumu menunggu.” Memang proses seperti ini membutuhkan waktu dan
kesabaran. Tidak apa-apa, pada awalnya anak menangis.
Bagaimana, sudah siap tidak mengajarkan anak untuk
berbagi dengan konsep yang benar! Biang ngerumpi juga pernah juga melihat ada
orang tua mengajarkan anaknya untuk berani mengambil mainannya yang dimainkan
orang lain. Konsep berbagi, bukan berarti anak harus terus mengalah dengan
orang lain. Jangan sampai konsep berbagi ini malah di salah arti kan. Sehingga
anak pun beranggapan, apapun mainannya diambil orang lain, tidak masalah. See,
jadi orang tua itu tidak mudah dalam membentuk karakter anak untuk masa
depannya.
Jadilah orang pertama yang berkomentar!
Hi Teman Rumpi, terima kasih sudah main ke blog chitchat, ada baiknya berbagi pendapat tanpa meninggalkan spam ya. Kita sama-sama saling menghargai rumah maya kita. Salam, thanks telah meninggalkan biang rumpi manis di sini. cheers @citrapandiangan