Sepenggal Cerita Tanjungpinang-Bekasi
Sekitar
pukul 06.00 pagi, tepatnya di tanggal 6 Maret 2017 lalu. Aku meninggalkan rumah
dan menuju bandara untuk menghadiri undangan pembekalan teknik seri pengenalan
budaya kepercayaan dan tradisi di Jakarta, tepatnya di Bekasi. Datang lebih
awal di bandara dan menunggu seorang teman lagi. Di dalam airport aku sempatkan
browsing-browsing cantik peserta challenge Blogger Kepri. Di bulan Maret ini,
aku mencoba ikutan. Eh, lumayan banyak juga yang dikunjungi. Network mulai
melemah dan akhirnya aku melihat temanku datang.
Penerbangan
Sriwijaya berjalan dengan mulus, tidak perlu mengantri bagasi. Aku pun berjalan
menelusuri jalan keluar bandara. Sebelumnya, temanku sudah tidak kuat lagi
menahan buang air kecil, walah lama banget di dalam toilet perempuan. Kesempatan
itu tidak ku lewatkan dengan mengabadikan selfie di koridor bandara Soekarno
Hatta yang sudah mulai banyak berubah atau ini kali pertamaku kembali menginjakan
kaki di kota Jakarta dengan terminal yang berbeda.
Sungguh,
terkejut diriku saat melihat tempat biasa aku menanti bus damri telah berubah menjadi
tembok “seng” yang mengelilingi jalur bus damri. Rupanya, bus damri sudah
dibuatkan halte tersendiri. Akhirnya, aku dan temanku harus berjalan kurang
lebih 10 menitan untuk mencapai halte bus damri. Maklum, diselanggi selfie
cantik kami dong hehehe. Bus damri membawa kami pergi dari bandara menuju
lokasi tempat pertemuan 18 penulis buku anak dari wilayah Sumatera, mulai dari
Aceh, Riau, Kepri, Bangka Belitung, Sumatera Barat, Bengkulu dan Lampung.
Peraturan
baru dari pemerintah setempat untuk mengurangi kemacetan. Di mana penumpang bus
tidak boleh turun di sembarang tempat, kecuali di terminal bus. Untunglah,
terminal bus dengan jarak lokasi hotel tidaklah terlalu jauh. Temanku memiliki
aplikasi online ojek Jadilah, kami naik ojek online, nah di sini neh kejadian scary yang
membuat diriku hampir sport jantung. Bagaimana tidak, si bapak ojek ini tidak
mengetahui lokasi tempat aku menginap. Padahal cluenya sudah jelas sekali
diberitahu oleh salah satu pak ojek yang digunakan oleh temanku. Singkat cerita
akhirnya kami tiba juga di hotel tempat kami akan menginap selama beberapa
hari kedepan. Biayanya relatif murah hanya 10K per orang.
Karena aku
dan temanku, Ruziana adalah orang yang pertama kali sampai di Hotel Amaroossa,
tempat pertemuan dan menginap selama pelatihan berlangsung sekitar tiga hari
tersebut. Akhirnya, kami pun menunggu jam check in sekitar pukul 02.00 PM. Suasana
lobi sangat ramai, karena banyak orang yang check out. Kami sampai bingung mau
duduk di mana. Akhirnya, duduklah kami di tempat lounge and bar. Tidak lama
kemudian, jam pun berubah jarum menjadi pukul 12.30 PM.
Sedari tadi
teman yang merasa haus dan wajib meminum obat membuat kami langsung menuju
restauran yang masih satu lantai dengan resepsionis. Di sana, kami pun mulai
mengambil air putih dan meminumnya. Terasa sekali kesegaran air putih tersebut.
Setelah itu, barulah kami menyantap makanan sambil duduk santai dan menikmati
nuansa restauran yang beranggsur-anggsur ramai banget. Pasalnya, semua peserta
maupun penghuni hotel eh tamu hotel pada berdatangan dan menyantap makanan.
Tidak
terasa, satu per satu penulis yang terpilih mulai berdatangan. Mau tahu siapa
saja mereka? Ada deh, hehehe, yang jelas
ada pria ganteng dan mbak-mbak cantik yang notabennya adalah penulis buku anak.
Jadi semakin semangat untuk terus menghasilkan buku anak berkualitas.
Ada banyak
kisah menarik yang ingin dibagi selama pelatihan dan ini hanyalah sekedar
catatan hati si biang rumpi di hari pertama kembali ke kota metropolitan. Bakalan
ada cerita menakutkan dan menyenangkan yang akan menghias blog ngerumpi yuk
ini.
Jadi stay tune ya agar tidak ketinggalan informasi cantik.
Salam
Ngerumpi
Pada
3/23/2017
disetiap perjalanan selalu ada kisah yang menarik hihihi...
ReplyDeletebenar sekali mas Asad, apalagi jika dibumbui dengan kisah mistiknya pasti semakin seru hihihi.....
Delete